Abstrak
LATAR BELAKANG
Kentang, tanaman ekonomi utama, sangat terpengaruh oleh busuk kering Fusarium , penyakit pascapanen yang umum. Pada Dryopteris fragrans , penelitian tentang turunan phloroglucinol terutama difokuskan pada aktivitas antibakteri, sedangkan efek penghambatan pada jamur fitopatogen belum dilaporkan.
HASIL
Dalam penelitian kami, enam turunan phloroglucinol baru, Ortho-desaspidin AA ( 1 ), Ortho-desaspidin PA ( 2 ), Ortho-desaspidin BA ( 3 ), Dryaspidin B ( 4 ), Alde-iso-methylaspidinol B ( 5 ), dan Iso-methylaspidinol P ( 6 ), dan sembilan turunan phloroglucinol yang diketahui, diisolasi dari D. fragrans . Dan Senyawa 10 , aspidinol B, menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap Fusarium oxysporum , Fusarium graminearum , Fusarium proliferatum dengan EC 50 = 3,619, 6,051, dan 8,221 μg/mL, masing-masing, mengungguli fungisida komersial hymexazol (EC 50 = 34,88, 8,21, 17,91). Aspidinol B menunjukkan aktivitas antijamur in vivo yang poten terhadap F. oxysporum , F. graminearum , dan F. proliferatum pada 10 μg/mL dengan laju penghambatan masing-masing sebesar 83,26, 54,15, dan 79,62%. Analisis transkriptom menduga bahwa aspidinol B, dengan memengaruhi penyerapan ion besi ke dalam bakteri, menyebabkan penipisan heme yang pada akhirnya menyebabkan perubahan pada jalur terkait oksidasi.
KESIMPULAN
Aspidinol B menunjukkan efek penghambatan yang kuat terhadap Fusarium , yang menunjukkan potensi penggunaannya dalam strategi pencegahan dan pengendalian penyakit busuk kering pada kentang. Hasil ini menunjukkan bahwa aspidinol B dapat menjadi senyawa utama fungisida yang potensial terhadap Fusarium . © 2025 Society of Chemical Industry.