Posted in

Taksonomi Integratif untuk Pembatasan Spesies: Studi Kasus pada Dua Spesies Rosa yang Diterima Secara Luas Namun Secara Morfologi Membingungkan dalam Sektor Pimpinellifoliae (Rosaceae)

Taksonomi Integratif untuk Pembatasan Spesies: Studi Kasus pada Dua Spesies Rosa yang Diterima Secara Luas Namun Secara Morfologi Membingungkan dalam Sektor Pimpinellifoliae (Rosaceae)
Taksonomi Integratif untuk Pembatasan Spesies: Studi Kasus pada Dua Spesies Rosa yang Diterima Secara Luas Namun Secara Morfologi Membingungkan dalam Sektor Pimpinellifoliae (Rosaceae)

ABSTRAK
Penggunaan ciri morfologi sebagai pendekatan praktis untuk membatasi taksa pada berbagai tingkatan telah lama dianggap sebagai dasar taksonomi yang andal. Namun, kemanjurannya semakin dipertanyakan dalam banyak kelompok taksonomi karena keterbatasannya yang melekat, seperti gagal memperhitungkan plastisitas fenotipik, variasi yang didorong secara ekologis (misalnya, ekotipe), dan evolusi paralel. Faktor-faktor ini sering kali menimbulkan ambiguitas atau kesamaan yang menyesatkan, sehingga mengaburkan hubungan evolusi yang sebenarnya di antara taksa, khususnya dalam konteks pembatasan spesies. Dalam penelitian ini, kami menggunakan metodologi terintegrasi yang menggabungkan analisis morfologi kuantitatif, data genom keseluruhan, dan pengukuran ekologi untuk menyelesaikan batas spesies dari dua mawar yang secara morfologis mirip, Rosa sericea dan Rosa hugonis , yang telah lama dianggap sebagai dua spesies berbeda tetapi tidak memiliki batas morfologi yang jelas. Temuan kami mengungkapkan bahwa analisis data morfologi yang tidak bias berdasarkan ukuran sampel yang besar dan representatif tidak cukup untuk mengidentifikasi ciri diagnostik yang efektif. Namun, ketika dilengkapi dengan data sekuensing tingkat populasi genomik atau diintegrasikan dengan penilaian relung geografis dan ekologis, penggambaran batas spesies ditingkatkan secara signifikan. Lebih jauh, data ekologis memberikan wawasan tambahan tentang faktor abiotik yang mendorong divergensi antarspesies dan intraspesifik. Dengan mengintegrasikan beberapa garis bukti—mencakup sifat genomik (intrinsik) dan fenotipik (ekstrinsik)—dan menggabungkan interaksi antara spesies dan lingkungannya, batas spesies dapat digambarkan dengan keyakinan yang lebih besar. Dengan demikian, spesies yang terdefinisi dengan baik dapat ditetapkan melalui saling menguatkan dari berbagai kumpulan data, sehingga memastikan kerangka taksonomi yang lebih ketat dan komprehensif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *