Abstrak
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik epidemiologi tuberkulosis resistan obat (DR-TB) dan menyelidiki faktor risiko yang terkait dengan tuberkulosis resistan multiobat (MDR-TB) di Sichuan, Cina.
Metode
Studi ini melibatkan 5.180 isolat klinis yang dikumpulkan dari Sichuan sejak 2013, dengan pengecualian mikobakteri non-tuberkulosis. Pengujian kerentanan obat dilakukan dengan menggunakan empat obat anti-TB lini pertama, fluorokuinolon, dan agen injeksi lini kedua. Analisis regresi logistik multivariabel digunakan untuk menilai faktor risiko MDR-TB berdasarkan riwayat pengobatan pasien, usia, jenis kelamin, etnis, fasilitas kesehatan, lingkungan tempat tinggal, dan status human immunodeficiency virus (HIV).
Hasil
Di antara 5180 peserta, resistensi tertinggi terhadap isoniazid (23,59%), diikuti oleh rifampin (18,42%), streptomisin (18,42%) dan etambutol (2,47%). Prevalensi MDR-TB adalah 774 (14,94%) di antara semua kasus, dengan 575 (14,20%) pada pasien tuberkulosis (TB) yang baru didiagnosis dan 199 (17,60%) pada pasien yang sebelumnya telah diobati. Selain itu, 17 (0,33%) pasien didiagnosis dengan MDR-TB. Lebih jauh, kehidupan di perkotaan diidentifikasi sebagai faktor protektif terhadap MDR-TB (rasio peluang [OR] 0,80, interval kepercayaan [CI] 95% 0,68–0,94, p = 0,004). Khususnya, individu yang berusia di bawah 60 tahun lebih mungkin mengembangkan MDR-TB, terutama mereka yang berusia 32–45 tahun (OR 2,22, 95% CI 1,74–2,83, p < 0,001). Selain itu, status HIV-positif diidentifikasi sebagai faktor risiko MDR-TB (OR 2,06, 95% CI 1,21–3,49, p = 0,008).
Kesimpulan
Studi tersebut menunjukkan bahwa prevalensi TB-DR di antara subjek studi melampaui tingkat nasional. Pasien yang tinggal di daerah pedesaan, mereka yang memiliki riwayat pengobatan TB, individu yang positif HIV, dan pasien yang lebih muda lebih mungkin mengembangkan TB-MDR.