ABSTRAK
Latar belakang
Studi yang menganalisis keterbacaan materi daring tentang dermatomikosis sangat terbatas.
Tujuan
Studi ini mengevaluasi keterbacaan materi daring terkait infeksi jamur kulit superfisial dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Polandia.
Metode
Istilah ‘dermatomikosis’, ‘dermatofitosis’, dan ‘trikofitosis’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa yang disertakan dicari menggunakan mesin pencari Google. 50 catatan pertama dalam setiap bahasa disaring untuk kesesuaian. Artikel yang dapat diakses, relevan dengan infeksi jamur dermatologis, dan ditujukan untuk edukasi pasien disertakan. Skor LIX digunakan untuk menilai keterbacaan.
Hasil
Secara umum, 167 artikel dari 900 artikel yang disaring (19%) dianalisis. Skor LIX rata-rata keseluruhan adalah 56 ± 7, yang menggolongkan artikel sebagai sangat sulit dipahami. Artikel yang paling mudah dibaca adalah artikel yang diambil dengan istilah pencarian ‘trikofitosis’ dengan skor LIX rata-rata 49 ± 3, diikuti oleh ‘dermatofitosis’ dengan 54 ± 8 dan ‘dermatomikosis’ dengan 58 ± 7 ( p < 0,001). Artikel yang paling mudah dibaca adalah dalam bahasa Inggris (48 ± 7) dan Spanyol (50 ± 5), diikuti oleh Jerman (54 ± 4), Prancis (55 ± 6), Italia (59 ± 5) dan Polandia (63 ± 4) ( p < 0,001). Peningkatan jumlah artikel yang dianalisis berkorelasi dengan skor LIX rata-rata yang lebih tinggi ( p = 0,036, R 2 = 0,708).
Kesimpulan
Ketersediaan dan keterbacaan materi pasien daring yang rendah terkait infeksi jamur kulit superfisial dapat menghambat pemahaman pasien, yang berujung pada penggunaan antijamur yang tidak tepat, peningkatan angka kekambuhan, dan risiko resistensi antijamur. Dokter kulit harus mengambil tindakan untuk memastikan ketersediaan materi daring yang memadai di masyarakat berbasis internet.